hari sumpah pemuda

Pemuda Dimasa Penjajahan

Selama berabad-abad rakyat Indonesia mengalami penderitaan yang sangat mendalam sehingga kemerdekaan pasti sangat diharapkan oleh seluruh elemen Bangsa Indonesia. Tentunya dalam hal itu tidak luput dari tekad dan ambisi semangat para pemuda Bangsa Indonesia pada masa itu, kemerdekaan yang dirasakan saat ini tentunya dengan jerih payah cucuran darah keringat dari seluruh lapisan rakyat Indonesia yang rindu akan kebebasan yang abadi.

Dalam sejarah perjuangan Bangsa, keterlibatan pemuda selalu tampil sebagai kekuatan pendobrak. Pemuda adalah kelompok intelektual yang karena tingkat usia dan tingkat perkembangannya memiliki idealisme yang tinggi, semangat pengabdian tanpa pamrih dan rela berkorban demi kepentingan Bangsa.

Meskipun berasal dari latar belakang sosial, budaya, organisasi bahkan ideologi yang berbeda. Namun karena persamaan nasib sebagai Bangsa yang dijajah, pemuda menyatukan diri sebagai satu Bangsa dan dalam kesatuan itu pemuda berjuang bersama-sama melawan penjajah.

Dari asas persatuan tersebut dilahrikan Sumpah Pemuda yang merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda merupakan satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar yang dianggap sebagai pembaharuan semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya Negara Indonesia.

Sumpah Pemuda adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan selama dua hari yaitu 27-28 Oktober 1928 bertempat di Batavia yang sekarang menjadi ibu kota Jakarta. Keputusan itu menegaskan cita-cita akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”. Keputusan itu juga diharapakan menjadi asa bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia dan agar disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan didepan rapat perkumpulan-perkumpulan. Sumpah Pemuda yang dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusn dari “Kerapatan Pemoeda-Pemoedi atau Kongres Pemuda II Indonesia” yang sampai saat ini setiap tahunnya diperingati sebagai hari Sempuh Pemuda.

Pemuda Masa Kini

Generasi muda adalah investasi harapan bangsa, yang dimana maju atau tidaknya suatu bangsa dilihat dari generasi harapannya yang akan meneruskan komando dari kepemimpinan. Apabila generasi pemudanya tidak berkualitas maka kecil harapan bangsa tersebut akan berkembang namun sebaliknya, apabila pemudanya berkualitas tentunya dimasa yang akan datang, ada pelopor penggerak bangsanya menjadi bangsa yang maju.

Namun sayang faktanya membuktikan bahwa generasi muda di Indonesia saat ini cenderung mengkhawatirkan perilakunya bagi kelanjutan masa depan Bangsa kita tercinta ini, melunturnya nilai-nilai sosial dalam masyarakat saat ini menjadi salah satu pemicu perbuatan pemuda cenderung bertindak hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa terlebih dahulu memikirkan dampak yang akan timbul pada lingkungannya. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus yang terjadi pada generasi muda masa kini, seperti kasus narkoba yang semakin marak saat ini, pergaulan bebas, kejahatan, tindak asusila dan lain sebagainya.

Peranan pemuda dan pelajar tentunya masih sangat diperlukan untuk regenerasi dalam mewujudkan dan melanjutkan cita-cita Bangsa Indonesia yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan terdahulu, jika pemuda dulu berjuan dengan semangat nasionalismenya merebut kemerdekaan dengan berperang sampai titik darah penghabisan, maka tidak ada alasan bagi pemuda dimasa ini untuk memiliki juga nilai-nilai nasionalisme dan tentunya untuk mempertahankan kemerdekaan.

Dilihat dari segi negatifnya tentu banyak nilai-nilai positif yang ada pada diri pemuda bangasa pada masa ini. Peranan pemuda dan pelajar sudah mulai terarah ke gerakan pemuda dan pelajar pada zaman Reformasi. Dilihat dari segi positifnya, peranan pemuda terhadap kemajuan bangsa sudah membaik, misalnya dengan memenangkan kompetisi anatar negara maupun antar daerah. Dengan pemuda menjadi pemenang ataupun hanya berpartisipasi, itu sudah menjadi peranan dalam kemauan bangsa. Bukan hanya itu, para pemuda pelajar ataupun mahasiswa sudah kritis terhadap permasalahan bangasa yang terjadi.*Muhammad Syahroni/KOMINFO/BEM KM/UNISA