Review Buku
Judul: Goodbye, Things Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Penulis: Fumio Sasaki
Alih bahasa: Annisa Cinantya Putri
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : November 2018
“Rasa syukur memungkinkan kita melihat hidup sehari-hari dari sudut pandang yang baru, kita tak lagi menganggap sepele berbagai hal ketika mengetahui cara menghargainya. Melalui rasa syukur, kita bisa senantiasa membuat diri kita terstimulasi, dan hal ini memberikan rasa damai yang jauh lebih besar ketimbang stimulasi yang kita dapatkan dengan membeli sesuatu atau menambah tumpukan barang”
Dalam buku ini, Sasaki berbagi pengalaman hidup minimalisnya, menawarkan tips khusus untuk proses hidup minimalis, dan mengungkapkan beberapa fakta bahwa menjadi minimalis tidak hanya sekedar mengubah kamar atau rumah seseorang, tapi juga bisa memperkaya hidup seseorang. Gaya hidup penulis sangat sederhana sekali, bahkan minimalisme baginya bukan sekadar perihal barang saja. Lebih dari itu, seperti masalah prinsip hidup dalam bekerja, berteman, dan lain sebagainya. Didalam buku ini kita disuguhi dengan foto-foto contoh rumah milik orang-orang bergaya hidup minimalis dari yang hidup sendiri maupun sudah berkeluarga, salah satu contoh tentu saja sang penulis sendiri.
Buku ini terdiri dari 5 bab dan ditulis berdasarkan dari pengalaman pribadi penulis dan beberapa orang yang beliau kenal.
Setelah saya membaca buku ini, saya dapat mengambil pelajaran bagaimana cara kita untuk mengikhlaskan suatu barang walaupun barang tersebut memiliki sejuta kenangan dalam hidup kita, bagaimana pentingnya suatu komunikasi, bagaimana kita menjadi sosok yang lebih baik lagi, dan masih banyak manfaat lainnya.
Hal yang paling ia tonjolkan dalam buku ini adalah mengenai rasa bersyukur. Baginya rasa bersyukur bisa ia rasakan secara terus menerus setelah ia menjalani kehidupan minimalisme. Beliau tak menyangka bahwa dengan melepas banyak barang-barang yang ia miliki, ia akan merasa lapang . Barang-barang yang ia anggap penting dulu, semua ia jual, bahkan barang-barang tersebut sejatinya merupakan representasi dirinya. Seperti buku-buku, video game, pakaian, celana, dan banyak lagi. Ia pikir barang-barang tersebut mengambil alih dirinya. Setelah itu baru beliau sadar bahwa menjauh dari barang-barang tersebut, beliau merasakan lebih bahagia menjalani hidup. Baginya, itu memang suatu hal yang mencengangkan bahwa dirinya bisa lebih bahagia dengan sedikit barang yang ia miliki.
Hal lain yang coba belau sajikan adalah tidak perlu memikirkan harga suatu barang yang akan kita enyahkan. Misalnya Anda akan menjual televisi yang Anda punya. Memang harganya akan sangat turun drastis, namun Anda tidak akan pernah tahu kebahagiaan macam apa yang akan Anda terima setelah menjual barang tersebut. Kebahagiaan yang dimaksud adalah dengan cara sederhana tetapi dapat membangkitkan rasa damai dan bahagia bukan dengan apa yang dimiliki serta pencapaian yang diraih, melainkan bahagia yang hanya bisa dirasakan oleh hati Kesimpulannya, buku ini sangat bagus untuk kalian baca. Akan ada banyak pengetahuan yang akan kalian dapatkan seputar kehidupan minimalisme. Terlebih tentang pemikiran baru seorang minimalis.