selamat hari pahlawan

Peristiwa 10 November

Peristiwa atau kejadian 10 November merupakan sejarah perang antara Indonesia dan Belanda. Awalnya pada 1Maret 1942 tentara Jepang mendarat dipulau Jawa dan tujuh hari kemudian tepatnya pada tanggal 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang dan sejak saat itu Indonesia diduduki oleh Jepang. Di Surabaya, dikibarkannya bendera Belanda merah, putih, dan biru yaitu di Hotel Yamato, telah melahirkan insiden yang menyebabkan berkobarnya bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan kelompok-kelompok perjuangan yang dibentuk oleh rakyat.

Bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Aubertin Mallaby (pimpinan tentara Inggris di Jawa Timur) pada 30 Oktober.
Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah melakukan gerakan perlawanan rakyat diseluruh Indonesia untuk mengusir para penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itulah kemudian dikenang dengan Hari Pahlwan.

Pertempuran Surabaya adalah peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dengan tentara Belanda. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di Kota Surabaya. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejrah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Dengan semangat gigih berani para tokoh-tokoh pemuda dan tokoh agama di Surabaya, mereka mampu mempertahankan kemerdekaan yang sesungguhnya didambakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Semangat persatuan yang tidak pernah padam sehingga terus berlangsung perlawan tiada henti demi satu tujuan untuk Indonesia tetap berdaulat dan tidak jatuh kembali ke tangan penjajah.

Mengembalikan Semangat 10 November

Pada masa milenium ini tak bisa dipungkiri perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tidak bisa dihindarkan dari berbagai kalangan. Anak-anak, para pemuda, orang dewasa sampai yang tua telah terkontaminasi dan ketergantungan terhadap teknologi tanpa batas kontrol layaknya kebutuhan pokok. Tentu banyak mamfaat yang dapat diambil dari hadirnya teknologi dimasa ini namun tidak lepas dari dampak buruk yang timbul.

Rasa nasionlisme semakin luntur karena rasa ketidak perdulian terhadap apa yang terjadi dilingkungan melainkan hanya sibuk dengan gadget dan alat teknologi lainnya bersosial media penuh tapi tidak bersosialisasi dengan linkungan nyata. Sehingga rasa nasionalisme kurang dimiliki oleh individu-individu.

Untuk menjadi pahlawan, tentu dimasa ini kita tidak mungkin lagi untuk berperang dengan senjata ataupun fisik. Melainkan berperang menggunakan akal pikiran dan kecerdasan untuk membangun bangsa menjadi lebih baik.

Tapi untuk mengembalikan semangat itu teknologipun berperan jika dimamfaatkan sebagaimana mestinya. Para pelajar dan mahasiswa ataupun pemuda bisa menemukan hal-hal yang baru, belajar sejarah perjuangan untuk menumbuhkan kesadaran akan kecintaan terhadap bangasa dengan cara berprestasi dibidang akademik, olahraga dan lainnya baik dikancah lokal sampai internasional.

Belajar secara tekun mempersiapkan diri untuk masa depan bangsa yang lebih maju dengan generasi-generasi unggul dan berkualitas.*Syahroni Al-Fatih/KOMINFO/BEM KM UNISA